Gangguan Tidur Insomnia
Gangguan Tidur Insomnia. Gejala gangguan tidur,sementara kalangan mengatakan bukanlah suatu penyakit, akan tetapi hanya sebuah rambu-rambu bahwa penderita memiliki problematika psikis atau penyakit fisik. Demikian dikatakan dalam sebuah jurnal Psychology Today, Juni 1986. Jadi, gangguan tidur tidak lebih hanya sebuah indikator yang mencuat di permukaan bahwa yang bersangkutan memiliki sejumlah penyakit yang harus deobati.
Terhadap faktor penyebab gangguan tidur maka banyak ahli mengatakan pada umumnya disebabkan oleh banyak hal. Dalam pandangan Dr. Nino Murcia, yang sudah belasan tahun memimpin klinik Insomnia di Stanford AS mengatakan bahwa ”belum pernah menemukan gangguan tidur yang hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor”. Dalam temuan para ahli setidaknya ada empat faktor penyebab insomnia yakni predisposisi psikologis dan biologis, penggunaan obat-obatan dan alkohol, lingkungan yang mengganggu, serta kebiasaan buruk.
Faktor psikologis dan biologis. Kedua faktor tersebut kadangkala menyatu menjadi bentuk psikosomatis, yakni persoalan psikologis berdampak terhadap biologis dan sebaliknya. (psiko = kejiwaan; soma = dinding, tubuh). Misalnya, bagi seseorang yang jantungnya mudah berdebar-debar lebih cepat dan suhu tubuhnya lebih hangat dari biasanya maka berkecenderungan untuk susah tidur.
Jika tertidur maka akan sensitif untuk bangun (light sleeper). Di samping itu, sejumlah penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus gangguan insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid.
Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia ini.
Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga. Misalnya ketika seseorang sedang memiliki problematika pelik di lingkungan kantor, maka jika ambang psikologisnya rendah akan menyebabkan fisik susah diajak kompromi untuk tidur. Di sini faktor kecemasan, ketegangan, dan ketidakpastian hidup menyebabkan gangguan insomnia.
Dampak
Tentu saja gangguan insomnia akan memiliki dampak negatif dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Pertama, akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang terhadap munculnya sejumlah penyakit. Sebab, tubuh manusia diciptakan sedemikian sempurnanya – yang secara alamiah telah diatur sebuah metabolisma fisik yang akan mempengaruhi kesehatan. Fisik dan mental seseorang akan sehat jika terdapat keteraturan antara terjaga dan tidur. Bukankah tidur juga berfungsi terhadap penataan kembali keseimbangan fisik setelah sekian lamanya terjaga dan terjadi kecapekan kerja.
Sebab dengan adanya tidur maka tubuh akan memproses untuk mengurangi asam laktat yang berfungsi terakumulasinya kecapekan. Itulah kiranya jika seseorang tidurnya normal maka ketika bangun tidur akan terasa segar kembali yang disebabkan asam laktat tersebut telah terminimalisasi. Sebaliknya jika seseorang mengalami kurang tidur maka asam laktat belum hilang secara sempurna.
Kedua, susah tidur akan berpengaruh terhadap stabilitas emosi sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini jika seseorang dalam lingkungan kerja, maka akan menurunkan tingkat motivasi, konsentrasi, ketelitian, kreativitas dan produktivitas kerjanya. Demikian juga terhadap aktivitas lainya akan mengalami gangguan misalnya dalam belajar mengajar, menyelesaikan tugas, dan interaksi sosial. Bahkan dampak insomnia ini akan memudahkan seseorang untuk menderita stres. Hal ini cukup beralasan, sebab sebagaimana dikatakan di atas bahwa insomnia hanya merupakan gejala penampakan dari luar bahwa seseorang memiliki penyakit yang harus diobati (jurnal Psychology Today, Juni 1986).
Solusi
Pada akhirnya, untuk menjawab kasus insomnia ada beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan.
Pertama, penderita insomnia harus pergi ke dokter terlebih dahulu. Hal ini sangat penting untuk mendeteksi apakah yang bersangkutan memiliki gangguan penyakit fisik yang berdampak terhadap gangguan tidur. Sebab sebagaimana dikatakan di atas bahwa terdapat penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan insomnia. Jika demikian adanya maka pengobatan dilakukan dengan terapi fisik.
Kedua, jangan mudah menggunakan obat tidur tanpa berdasarkan anjuran dokter. Jika hal ini dilakukan maka justru insomnia akan tetap resistan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kalangan terapis justru senantiasa berusaha menghindari penggunaan obat-obatan. Sebab, pemakaian obat tidur acapkali hanya sebagai pereda sementara, sehingga jika habis waktu berlakunya maka yang bersangkutan akan kembali insomnia.
Ketiga, hindari mengkonsumsi barang-barang terlarang, semacam minuman keras, narkotika, dsb. Sebab hal tersebut akan mengganggu fungsi organ tubuh dan persarafan secara normal.
Keempat, lakukan makan ataupun minum secara wajar baik dari kualitas, kuantitas, ataupun waktunya. Hindari minum kopi saat menjelang jam tidur, sebab kopi mengandung unsur kofein sehingga merangsang saraf untuk sulit tidur. Hindari makan terlalu kenyang atau terlalu sedikit, karena hal tersebut akan menyebabkan perut merespons secara tidak normal.
Kelima, aturlah lingkungan kamar tidur secara efektif dan efisien, termasuk lampu tidur yang memenuhi syarat. Sebab kondisi lingkungan tertentu, semisal suara bising, lampu sangat terang, akan mengganggu konsentrasi tidur.
Keenam, jika penderita insomnia memang telah mengetahui bahwa penyebabnya adalah aneka problematika kehidupan maka selesaikan terlebih dahulu secara sempurna. Berpikirlah rasional bahwa ”sepanjang badan dikandung badan” manusia mesti memiliki problema. Hadapilah dan selesaikan permasalahan hidup secara proporsional dengan penuh usaha, sabar dan tawakkal. Ketujuh, jika akan tidur maka lakukan niat yang kuat dan relaksasi fisik serileksnya.
Apa saja yang menjadi penyebab insomnia ?
Ada banyak hal yang dapat yang menjadi pemicu penyebab insomnia dan efeknya pun juga beragam tergantung kebiasaan orang yang mengalami gangguan susah tidur namun tidak semua yang mengalami gangguan tidur dapat dikategorikan sebagai insomnia, dalam hal ini adalah sesorang yang sering mengalami kesulitan untuk memulai tidur ataupun mempertahankan tidur pada waktu jam tidur normal dan berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama ( beberapa malam berturut-turut dalam seminggu, berbulan-bulan bahkan hingga tahunan)
Faktor penyebab insomnia
Insomnia umumnya bersifat temporer, dan dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi tergantung berapa lama kondisi gangguan tidur dialami oleh seseorang. Secara garis besar insomnia dibagi atas :
faktor dan kondisi medis penyebab insomnia
Insomnia akut (acute insomnia) : Insomnia akut berlangsung dalam waktu yang singkat, yaitu antara 1 malam sampai beberapa minggu.
Insomnia kronis (chronic insomnia). : sesorang dikatakan mengalami insomnia kronik bila penderitanya mengalami gangguan tidur sedikitnya 3 malam dalam seminggu dan berlangsung selama 1 bulan atau lebih. Transient insomnia dan short-term insomnia termasuk dalam kategori acute insomnia.
Penyebab insomnia biasanya dapat dibagi menjadi 3 kondisi yaitu kondisi medis, kondisi psikiatri dan kondisi lingkungan
Penyebab Insomnia berdasar kondisi medis
Kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur adalah :
Penyebab insomnia karena faktor lingkungan
Lingkungan juga sangat berperan untuk mendapatkan kualitas tidur, lingkungan yang tenang dan sejuk dapt menghindarkan gangguan tidur, beberapa kondisi lingkungan yang merupakan penyebab insomnia adalah :
Kualitas Tidur mempengaruhi kesehatan, kualitas tidur yang tidak bagus karena gangguan insomnia ini sangat mengganggu kesehatan dan ini bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit baik berat maupun ringan. Gangguan Tidur Insomnia
Title : Gangguan Tidur Insomnia
Description : Gangguan Tidur Insomnia Gangguan Tidur Insomnia. Gejala gangguan tidur,sementara kalangan mengatakan bukanlah suatu penyak...