Gangguan Miopia (Mata Minus). Miopia adalah ketidakmampuan untuk
melihat objek pada jarak jauh dengan jelas. Pada orang dengan miopia,
bola mata akan lebih panjang dari normal sehingga sinar yang datang dari
objek yang jauh difokuskan di depan retina. Miopia dapat
diklasifikasikan menjadi miopia simpleks (miopia yang fisiologik) dan
miopia degeneratif (miopia patologik). Mata dengan miopia simpleks
mempunyai kelainan refraksi kurang dari 6 Dioptri dan tidak terdapat
perubahan patologis sedangkan mata dengan miopia degeneratif mempunyai
kelainan refraksi paling sedikit 6 Dioptri dan berhubungan dengan
perubahan degeneratif terutama di segmen posterior bola mata.
Miopia
merupakan kelainan optik yang sering dijumpai. Pada fisiologi miopia,
kekuatan lensa kurang dari -6 D, hal ini dianggap variasi biologi yang
normal. Keadaan mata yang ”eror” yaitu dengan kekuatan lensa lebih dari –
6 D disebut sebagai miopia tinggi. Dimana pada keadaan ini, panjang
aksial miopia tersebut tidak dapat stabil selama dewasa muda.
Patofisiologi dari progresivitas kelainan ini sebagai bentuk degeneratif
miopi yang tidak diketahui.
ETIOLOGI
Secara
umum masih belum jelas namun faktor herediter dan faktor lingkungan
memegang peranan penting. Suatu varitas pola genetik untuak miopia telah
digambarkan termasuk X-Linked myopia (myp1 pada kromosom X q28),
autosomal dominan myp2 pada kromosom 18p, autosomal dominan myp3 pada
kromosom 12q, autosomal dominan myp4 pada kromosom 7q dan autosomal
dominan myp5 pada kromosom 17q. Pada penelitian yang dilakukan baru-baru
ini dianggap bahwa heterogenitas genetik dari miopia ditentukan oleh
X-Linked pada lokus sekunder di daerah q12q2123.
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan miopi antara lain pekerjaan
dekat, stres emosional, dan meningkatnya pendidikan formal seseorang.
Akomodasi yang lama dan tekanan intra okular dicurigai dapat
mempengaruhi elongasi bola mata dengan penurunan tahanan dari sklera.
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi perkembangan miopi yaitu diet
dan nutrisi serta stres.
PATOFISIOLOGI
Tipe
mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior,
tetapi memiliki panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian
anterior, kornea kemungkinan agak menipis dan terlihat datar dari
normal, dengan ruangan anterior yang dalam dan terlihat sudut sempit
yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke arah trabekulum. Lensa
memiliki kecenderungan untuk mengalami awal sklerosis inti. Biasanya
terdapat defek pada membran zonula dan kemungkinan terdapat sebuah
hambatan selama pembedahan katarak.
Penipisan
skleral pada umumnya berhubungan dengan elastisitas skleral atau
penurunan kekakuan okular. Terutama ketika bergabung dengan zonular
dehiscence, ini dapat mengakibatkan cairan vitreus cepat regress dan
rapuh ketika mata membuka terhadap tekanan atmosfer. Kadang-kadang
terjadi hipotoni bisa diakibatkan oleh serosa atau pendarahan koroid
selama pembedahan intra okular. Secara anatomi, sklera tidak hanya tipis
tetapi juga bisa menjadikan kondisi abnormal. Mikroskop elektron yang
ditemukan oleh Garzino menunjukkan serat kolagen yang rata-rata
berdiameter kecil dan menunjukkan banyak serat pemisah antar serat.
GAMBARAN KLINIS
Manifestasi klinis yang terpenting pada miopi tinggi adalah
² Manifestasi Anatomi :
- Astigmatisma kornea
- Sudut anterior yang dalam
- Angle iris processes
- Zonular dehiscences
- Sineresis vitreus
- Degenerasi retina yang berpola geometris
- Ekspansi dan penipisan sklera
- Berkurangnya rigiditas okuler
- Penambahan panjang aksial bola mata
- Stafiloma posterior
- Diskus miring/ tidak pada posisi yang normal
- Lepasnya peripapiler pada miopi patologi
- Bentukan kresen daerah temporan / atrofi halo
- Macular lacquer cracks
- Penipisan pigmen epitel
- Penipisan koroidal
- Foveal retinoskisis
² Manifestasi Fungsional
- Penglihatan menurun
- Ambliopia anisometropia
- ketajaman penglihatan subnormal
- defek lapangan pandang
- Mengganggu penglihatan pada malam hari
- Diskriminasi warna abnormal
Penderita
dengan high myopia sering mengalami strabismus, khususnya eksoforia dan
eksotrofia, dan kebanyakan seperti pertumbuhan opasitas lensa yang
prematur. Prevalensi galukoma berkaitan dengan derajat miopi. Pada
penelitian Curtin didapatkan 3% penderita glaukoma mempunyai panjang
aksial kurang dari 26,5 mm, 11% mempunyai panjang aksial antara 26,5 –
33,5 mm, dan 28% mempunyai panjang aksial lebih dari 33,5 mm.
Determinasi dari perubahan glaukoma, sangat sulit pada highly tiled
optic disk, dengan perbatasan stafiloma posterior atau kavitasi
peripapiler intrakoroidal mempersulit dalam mengevaluasi defek lapang
pandang. Frekuesi pigmentasi dan glaukoma normo-tension juga terjadi
pada banyak miopi.
Pada miopi tinggi,
badan kaca mencair, disertai kekeruhan di dalamnya yang disebut
vitreous floaters. Karena itu irisnya tremulens, juga didapat kekeruhan
pada polus posterior lensa. Pada pemeriksaan oftalmoskop, dilihat papil
melebar. Oleh karena pada miopi tinggi terdapat stafiloma sklera
posterior, yang terdapat di polus posterior maka retina harus meliputi
permukaan yang lebih luas, sehingga teregang dan menimbulkan fundus
tigroid pada tempat ini, dimana pigmen tidak terbagi rata, tetapi
berkelompok-kelompok menyerupai kulit harimau. Di sebelah temporal dari
papil terdapat crescent myopi yang berupa bercak atrofi dari koroid
akibat regangan. Kadang-kadang atrofi ini mengenai papil dan disebut
annular patch. Daerah atrofi ini berwarna putih, bayangan dari sklera.
Adanya pigmen yang memisahkannya dari koroid yang masih baik,
menunjukkan bahwa prosesnya sudah tenang. Kadang-kadang didapat
proliferasi dari epitel pigmen di daerah makula, yang disebut
Forster-Fuchs black spot. Akibat regangan mungkin menyebabkan ruptur
dari pembuluh darah retina dan mengakibatkan perdarahan yang mungkin
dapat juga masuk ke dalam badan kaca. Mungkin juga terjadi ablasio
retina akibat timbulnya robekan karena tarikan. Jadi pada mipia tinggi
didapatkan :
- Bola mata yang mungkin lebih menonjol
- Bilik mata depan yang dalam
- Pupil yang relatif lebih lebar
- Iris premulans yang menyertai badan kaca
- Kekeruhan badan kaca
- Kekeruhan dipolus lensa posterior
- Staphyloma posterior, fundus tigroid di retina
- Atropi koroid berupa crescent miopi atau anular patch, disekitar papil. Berwarna puih dengan pigmentasi dipinggirnya.
- Pendarahan didaerah makula dengan inti masuk kedalam kaca
- Proliferasi sel epitel pigment didaerah makula ( Forster-Fuchs black spot )
- Predisposisi untuk ablasio retina
Oleh
karena orang miopi kurang berakomodasi, dibandingkan dengan yang
emetropia, maka ia senang melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat, tetapi
mengeluh tentang penglihatan jauh yang kabur. Pada miopi tinggi,
terutama bila disertai astigmatisma, penderita tidak saja mengeluh pada
penglihatan jauh, tetapi juga pada penglihatan dekat, oleh karena harus
melakukan konvergensi berlebihan, sebab pungtum remotum, yaitu titik
terjauh yang dapat dilihat dengan akomodasi, letaknya dekat sekali, pada
miopi S (-)6 D, titik ini terletak pada jarak 100/6=16 cm. Pada titik
ini ia tidak berakomodasi, tetapi berkonvergensi kuat sekali, sehingga
pada mata timbul astenovergens dengan keluhan : lekas capai, pusing,
silau, mengantuk, melihat kilatan cahaya. Pada miopia tinggi, disertai
mata menonjol, bilik mata yang dalam dan pupil yang lebar, penderita
mencoba menutup sebagian kelopak matanya, untuk mengurangi cahaya yang
masuk, sehingga ketajaman penglihatannya diperbaiki. Kadang-kadang
astenovergens menimbulkan rasa sakit, sehingga penderita tidak
mencobanya lagi, dengan mengakibatkan strabismus divergens. Strabismus
divergens dapat pula timbul akibat penderita sedikit melakukan
akomodasi, sehingga kurang pula melakukan konvergensi.
PENATALAKSANAAN
- Kacamata
Meskipun
masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa pemakaian kacamata
koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau mempertahankan
visus namun dapat mengurangi kelelahan pada mata dan melatih mata
terutama pada anak-anak. Miopi dikoreksi dengan lensa konkaf atau lensa
negatif. Pada kasus dengan miopi tinggi koreksi yang penuh jarang
diberikan. Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai penglihatan
binokuler yang masih nyaman. Jika sudah terdapat perubahan patologis
pada fundus maka sedikit sekali keuntungan yang didapat pada pemakaian
kacamata.Kacamata yang terbuat dari bahan kaca dan plastik dengan indeks
yang tinggi dan lensa polikarbonat cocok digunakan. Bahkan lensa
polikarbonat dapat memberikan derajat proteksi yang lebih tinggi.
- Penggunaan Lensa kontak
Lensa
kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia tinggi selama
bertahun-tahun karena disamping dapat mengurangi berat dan ketebalan
lensa pada kacamata, juga mengeliminasi kesulitan akibat pemakaian lensa
yang tebal tersebut. Pasien miopia biasanya akan memiliki mengatasi
masalah yang timbul pada pemakaian kacamata. Lensa kontak yang sering
digunakan yaitu lensa kontak yang soft dan lensa kontak gas-permeabel.
Lensa kontak yang soft dapat menimbulkan kenyamanan namun harus
dimonitor pemakaiannya karena dapat menyebabkan terjadinya hipoksia.
Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang
baik.Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi yang
baik.
- Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
LASIK(Laser
Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur untuk mengubah
bentuk lapisan kornea mata dengan menggunakan sinar excimer laser.
Prosedur LASIK dapat dilakukan untuk mengoreksi miopia (rabun jauh),
hipermetropia (rabun dekat) maupun astigmatisme (silinder). Tindakan ini
bertujuan untuk membantu melepaskan diri dari ketergantungan pada
kacamata dan lensa kontak.
LASIK
konvensional menggunakan alat mikrokeratom untuk membuka lapisan
permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk
menghilangkan sebagian lapisan kornea.
Lapisan
permukaan kornea yang dibuka (flap), dikembalikan ke posisi semula.
Karena prosedur LASIK hanya dikerjakan pada lapisan dalam kornea saja
(permukaan kornea sama sekali tidak disentuh), maka tidak ada rasa sakit
pasca tindakan. Flap akan secara alami melekat kembali setelah beberapa
menit tanpa perlu dijahit sama sekali.
- Alternatif lain
untuk pasien miopia adalah penanaman lensa intraokular yaitu suatu lensa
yang ditanam bilik mata depan melalui insisi kecil sedangkan lensa yang
asli masih tetap ada terutama dilakukan untuk mengoreksi miopi yang
berat. Akan tetapi keamanan penggunaan pada beberapa kasus dapat
dilakukan ekstraksi lensa tapi lensa intraokular tidak dipasang. Dengan
mengangkat lensa maka sekitar 15 D dari miopi secara otomatis akan
terkoreksi. Namun harus diingat bahwa teknik ini dapat menimbulkan
komplikasi berupa ablasio retina sehingga jarang digunakan.
Gangguan Miopia (Mata Minus)